Aula sekolah sudah sepi
sejak lima menit yang lalu. Pasalnya, anak-anak taekwondo yang memakai ruangan
itu sudah usai latihan dan bergegas pulang karena takut kemalaman. Padahal jam
masih menunjukkan pukul 05.00 sore. Tapi belum seluruhnya meninggalkan ruangan,
masih ada tiga siswa yang tinggal. Salah satunya adalah Zylva.
Zylva, cewek kelas sepuluh yang baru lima bulan
menuntut ilmu di salah satu SMA Negeri kawasan Surakarta, Jawa Tengah. Yang
memilih ekskul taekwondo karena keinginannya sejak SMP dulu. Yang sebenarnya
bukan hanya itu alasannya ikut taekwondo, tapi juga karena ada modus
tersembunyi, yaitu mendekati kakak kelas yang dia kagumi.
Kini Zylva tengah duduk sambil menenggak air mineralnya
yang tinggal setengah botol.
“Nggak pulang, Zyl?” tegur salah seorang murid cowok
yang masih tinggal di aula. Dia sedang memberesi peralatan latihan.
“Bentar, Kak. Masih capek, pengen duduk-duduk dulu,
hehe.”
“Di, gue duluan, ya?!” ujar cowok jangkung yang sudah
menenteng tas punggungnya. Ia kemudian melakukan high five dengan temannya—Aldi, aliyas gebetannya Zylva.
“Oh, iya iya, tiati ya lo!”
“Sip. Duluan ya, Dek,” katanya berpamitan dengan Zylva
yang ditanggapi dengan anggukan gadis
itu. Lantas ia berlalu meninggalkan aula.
Kini tersisa Zylva dan Aldi yang sibuk dengan aktivitas
masing-masing. Zylva sedang memainkan ponselnya, sedangkan Aldi sibuk mengemasi
barang-barangnya.
Keheningan menyelimuti atmosfer di antara mereka selama
beberapa detik sebelum Zylva mengeluarkan suara untuk memecahkan kesunyian itu.
“Kak Aldi udah cek Line?”
“Line? Emang ada apaan?”
“Ada aku yang nge-add
ID Line Kak Aldi.”
“Ohh, ya ya.”
“Btw, add back dong, Kak, biar lebih afdol,
hehe.”
Kemudian Aldi merogoh saku dan mengeluarkan ponselnya
tanpa berkata barang sepatah-duapatah. Ia membuka lock screen, masuk ke aplikasi Line dan nge-add back Zylva.
“Udah ta’ add
back ya, tapi kalo butuh apa-apa, BBM aja. Soalnya notif Lineku ta’ matiin.”
“Ok, siap!” sahut Zylva sambil senyum-senyum bahagia,
tapi tiga detik berikutnya Zylva menoleh pada Aldi karena teringat sesuatu.
Aldi menyadari tatapan Zylva sehingga ia pun
mengarahkan atensi ke adik kelasnya itu. “Kenapa lagi?”
Zylva menggeleng dengan wajah polosnya. “Tadi Kak Aldi
bilang, kalau butuh apa-apa BBM aja kan?”
Meski ragu, Aldi pun mengangguk, “Iyaa.”
Zylva membulatkan matanya yang berbinar-binar serta
membuat ekspresi wajah seimut-imutnya, “Sebenernya aku butuh sesuatu….”
Sebelah alis Aldi terangkat, menunggu kelanjutan ucapan
Zylva.
.
.
.
.
“—aku
butuh Kakak selalu berada di sisiku sampai kapanpun.”
—FIN
0 Response to "ID Line"
Post a Comment