Seunghee [OMG] and MJ [ASTRO] | Romance, slice of life
| G | Ficlet
©2016 Aitadikasa Story | Kyoung @ Poster Channel
©2016 Aitadikasa Story | Kyoung @ Poster Channel
Hyun Seunghee duduk di
bangku sambil memeluk tas ranselnya setelah menerobos masuk dan memenangkan
satu-satunya bangku kosong yang tersisa di dalam bus yang dalam sekejap telah
padat. Untungnya ia bergerak cepat, kalau tidak, ya pasti dia sudah harus
berdiri berdesakan di dalam bus.
Beberapa hari lalu, Seunghee terkena flu yang dampaknya
membuat semangatnya turun drastis bahkan hingga detik ini. Seunghee yang
biasanya heboh dan tak tanggung-tanggung memekik kegirangan meskipun sedang
berada di keramaian, kini hanya tertunduk lesu sembari memandang tasnya dengan
tatapan kosong.
Ada banyak sekali beban di otaknya. Selain pelajaran
matematika yang rumitnya minta ampun, atau kimia yang gurunya ngejelasin nggak
jelas dan memberikan dampak nilai ulangannya yang tercetak angka 5 dengan
bolpoin merah—yang membuatnya sempat uring-uringan karena baru beberapa bulan
ia menjadi siswa SMA dan nilainya sudah mengenaskan. Ada beberapa pikiran lain.
Ini tentang Kim Myung Joon. Gebetan Seunghee yang seharusnya sudah peka
terhadap perasaannya.
Beberapa minggu lalu, Seunghee benar-benar mengagumi
seniornya itu. Selain karena tampangnya yang oke, kulitnya yang putih bersih,
serta style-nya yang kece abis, Kim
Myung Joon—yang kerap disapa MJ— ini tipikal kakak kelas yang nggak suka nindas
junior-juniornya. Justru dia itu ramah banget dan murah senyum. Bahkan dia
pernah nyapa Seunghee: “Belum pulang, Dek?” Padahal waktu itu kondisinya mereka
baru pertama kali tatap muka.
Atas dasar itu, perasaan suka merekah di hati gadis
Hyun itu. Awalnya sih, hanya sekedar memandang dari kejauhan. Tapi karena Tuhan
yang mengabulkan doa gadis bersurai cokelat itu yang siang-malam meminta supaya
didekatkan dengan Kim Myung Joon. Keajaiban datang, kelas Myung Joon yang
tadinya ada di lantai dua dan membentang jauh dari kelas Seunghee, tiba-tiba
dipindah menjadi tepat di sebelah kelasnya.
Itu sungguh keajaiban yang langsung disyukuri Seunghee.
Dengan begitu, ia bisa lebih lama mengonsumsi vitamin A yang membuat matanya
segar setiap saat. Hari berlalu dan keberanian muncul dalam benak Seunghee. Kali
ini ia ingin mengirim surat kepada kakak kelasnya itu. Syukurnya, dua temannya
dengan senang hati membantu. Yang satu, mencari tahu bangku kak MJ, yang satu
lagi, membantunya meluncurkan aksi.
Pengiriman surat itu berlangsung hingga surat ke-10. Seunghee
sempat patah semangat karena tak mendapat respon sama sekali. Hingga ia
putuskan menulis surat ke-11 yang berbunyi: kadang
kita bukan hanya membuang waktu untuk mencintai orang yang tidak tepat, tapi
juga menunggu orang yang salah.
Dan berlanjut hingga surat ke-12, yang berbunyi: tak pernah kusesali hadirmu yang menjelma
setiap detak di jantungku.
Dan berakhir. Seunghee memutuskan tak lagi mengirim
surat.
Beberapa hari kemudian, ketika ia berjalan melewati
kelas Kim Myung Joon, ada beberapa cewek yang sedang duduk ngrumpi di bangku
semen yang tersedia. Nah, sewaktu Seunghee lewat, ada yang berbisik-bisik.
“Ini, ya, yang dimaksud?”
“Hah? Yang mana?”
“Oh, yang itu?”
“Iya, yang lagi jalan itu.”
“Kayaknya sih emang dia.”
“Berani bener sampe ngusik kelas dua belas, ya?”
Yang terakhir itu, nadanya terdengar sinis sekali.
Membuat nyali Seunghee langsung ciut. Salahnya juga sampai jatuh hati dengan
kakak kelas dua belas yang jelas-jelas bentar lagi akan lulus. Padahal sudah
berulang kali ia camkan pada hatinya supaya mencari pengganti yang minimal
seangkatan dengannya atau.. cari adik kelaslah, biar nanti Seunghee yang ninggalin
dia, bukan dia yang ditinggalin karena lebih dulu lulus. Sekali lagi, cinta itu
nggak butuh rumus yang dengan mudah menentukan kepada siapa kita harus jatuh
cinta.
Seunghee memandang ujung sepatunya, masih menerawang. Ah, Kak MJ itu, walaupun sudah sekuat tenaga
untuk melupakannya, tetap saja cowok itu tak enyah dari kalbu. Dan
gawatnya, teman sekelas kak MJ sudah banyak yang tahu tentang identitasku—sosok
yang menyukai Kim Myung Joon, yang mengusiknya dengan seamplop surat ditemukan
di atas meja saat pagi hari tanpa nama pengirim, dan yang selalu memandangnya
dari kejauhan.
Seharusnya
Kak MJ peka.
Mungkin
dia memang sudah peka, tapi menyembunyikannya.
Ya
Lord, aku juga ingin pura-pura nggak tahu seperti dia, yang padahal tahu
semuanya.
Hyun Seunghee semakin menunduk dalam. Kecewa.
Pintu bus terbuka dan seorang ibu berbadan gempal masuk
bersama satu bayi di gendongannya dan satu anak kecil perempuan digandengannya.
Seunghee yang tak tega, segera bangkit dan menyerahkan bangkunya pada ibu itu.
Sebagai gantinya, Seunghee berpegangan dengan besi yang ada di dekat pintu,
lagipula sebentar lagi dia akan turun.
Tapi.. cittt,
bus direm mendadak. Tubuh Seunghee terhuyung bahkan hingga jatuh ke belakang,
menibani penumpang lain yang berdiri.
Malu! Setengah sadar, Seunghee bergegas bangkit dan
meraih pegangan.
Bus kembali melaju. Dan sialnya, bus itu kembali
mengerem mendadak. Tubuh Seunghee terjerembap ke depan, untungnya ada penumpang
di depannya yang menahan tubuh Seunghee, kalau tidak, mungkin ia akan jatuh
mengecup lantai bus.
Seunghee tepat terjatuh di dada penumpang itu,
buru-buru ia menarik diri.
“Maaf,” kata Seunghee yang sama sekali tak melihat
wajah penumpang tadi, sebab penumpang itu lebih tinggi darinya dan Seunghee
malas mendongak.
Tak terdengar respon.
Bus kembali melaju. Baru sebentar, kejadian itu
terulang lagi. untungnya, kali ini Seunghee hanya terhuyung kecil. Sebuah
tangan mencekal bahunya erat, menjaga supaya tubuh Seunghee tak terjatuh.
Dengan cepat tangan itu menarik tubuh Seunghee mengarah ke dalam rengkuhannya.
Ini seperti kejadian berpelukan sepasang kekasih!
Seunghee agak kaget dan secepat kilat ingin melepas
diri, namun sulit karena ia seorang gadis dan orang yang sedang merengkuhnya
adalah seorang laki-laki.
“Nggapapa, kamu aman,” bisik suara itu tepat di daun
telinga Seunghee.
Gadis itu mendongak dan... betapa terkejutnya ia.
Kedua obsidian Seunghee membola sempurna. Bibirnya
beku, lidahnya kelu, ia tak bisa berkata apapun.
Laki-laki itu tersenyum ramah pada Seunghee, serta
memberikan tatap mata yang begitu meneduhkan, menenangkan.
“Kamu belum makan, ya? Bisa-bisanya jatuh sampe tiga
kali?”
Susah payah, Seunghee mencoba membalas.
“So-sopirnya tuh yang urakan.”
Laki-laki itu tertawa kecil, dan mempererat
rengkuhannya.
“Yaudah, biar aku jagain kamu supaya nggak jatuh-jatuh
lagi.”
Hyun Seunghee justru ingin melepaskan diri.
“Tolong lepasin, Kak.”
“Kenapa? Aku takut nanti kamu jatuh lagi. Biar kamu ada
dipelukanku aja, supaya aman.”
“Tapi, Kak Myung Jo—“
“Sstt, anggap
aja ini permintaan maafku karena telat ngerespon kamu. Ok?”
“Maksudnya?”
Seunghee nggak bisa mencerna sama sekali ucapan Kim
Myung Joon barusan.
Kakak kelasnya itu tersenyum kemudian mendekatkan bibir
ke daun telinga Seunghee.
“Kalau kamu nggak tau, berarti kamu nggak peka,”
bisiknya lalu kembali tersenyum.
Seunghee ingin menjawab, namun urung ketika kondektur
menyebutkan tempat yang menjadi tujuannya. Seunghee menarik diri dari rengkuhan
Myung Joon yang mulai mengendur.
Gadis Hyun itu turun tanpa berkata apapun pada Myung
Joon, dan yang mengejutkan, Kim Myung Joon juga turun!
“Loh? Kakak kok..?”
“Kan aku harus jagain kamu, harus selamat sampe rumah.”
“...”
“Mau naik apa? Angkot atau taksi?”
Seunghee hanya memandang sosok itu penuh tanya.
“Biar aku cariin. Atau aku tungguin sampe kamu bener-bener
dapet kalo kamu nggak mau aku cariin.”
“…???”
“Yaudah, kita naik taksi aja, ya?”
“Nggak usah, Kak, aku bisa pulang sendiri kok.”
“Aku serius, Seunghee Sayang. Sebagai pacar, aku harus
bertanggung jawab penuh sama kamu. Jadi kamu jangan nolak gini dong. Ok?”
“…”
—FIN
0 Response to "Bus Incident"
Post a Comment