D.O | 02

The Sea of Manipulation

==========
inside the sea, you can see a marvelous thing
==========

 

Dua hari kemudian, Kepala Desa mempersiapkan beberapa orang yang akan mengikuti perjalanan panjang ke salah satu bukit suci, katanya. Entah memang suci atau hanya bualan belaka. Tetapi warga desa ini sangat mempercayai kesuciannya. Yeojun yang telah lengkap dengan pakaian rapatnya pun memandang Kepala Desa itu yakin. Jujur saja, aku tak tahu hubungan keduanya, tapi aku sangat yakin pasti mereka dekat.

 

“Aku akan ikut,” ujarku ketika rombongan itu memutuskan segera berangkat. Sontak Yeojun menoleh dan langsung memberiku tatapan yang.. entahlah, “Apa tidak boleh?” sambungku akhirnya.

 

“Tentu saja boleh!” seru salah satu warga desa lantang, “Kau memang harus ikut supaya ritualnya berhasil!” sontak hal itu pun membuat ku mengernyit, apa maksudnya? batinku bertanya.

 

“Tentu saja karna engkau seorang petualang, aku yakin kau sudah banyak berkelana di dalam hutan sehingga tahu apa saja hal-hal di dalamnya. Terutama yang membahayakan nyawa,” jelas Ketua Desa yang kuketahui bernama Min Seok, tetapi akrab dipanggil Ketua Min. Aku pun hanya mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.

 

Perjalanan dimulai dari rute hutan yang gelap. Tak ada cahaya yang terang kecuali sang candra yang sedikit tersenyum menyapa kami. Aku tak tahu mengapa Ketua Min memilih berangkat pada senja hari—tapi karena keributan yang kuperbuat tadi, jadilah kami berangkat saat petang. Udara dingin menyeruak tubuh, mengilukan tulang. Sesekali aku menggosokkan kedua telapak tangan guna mencari kehangatan, tapi nihil. Aku tak tahu mengapa mereka terlihat hangat, tiada satupun yang nampak menggigil. Seolah mereka adalah robot yang tak mampu merasa.

 

“Pakai ini,” tukas Yeojun seraya melempar sebuah pakaian berbulu. Yang terlintas dibenakku saat ini adalah bulu singa.

 

“Apa ini diambil dari bulu singa?” pertanyaan itupun meluncur tanpa mampu ku kontrol.

 

“Memangnya penting? Kau sedang kedinginan, tapi malah memikirkan bulu singa. Pakai saja pakaian itu!” Yeojun berbicara sengak, membuatku sedikit terhenyak. Betapa berbedanya dengan Yeojun yang merawatku kala itu.

 

“Ling sudah mengabari Ayah?” tanya Yeojun seraya merapat pada Ketua Min. Oh! Jadi mereka keluarga? Aku syok mengetahuinya, entah ada apa dengan diriku ini yang tiba-tiba bisa bersikap berlebihan pada Yeojun. Seperti ada sesuatu yang menyayangkan bila Yeojun adalah putrinya.

 

“Sudah, kita hanya perlu menemukan air mata itu saja, kemudian selesai.”

 

“Apa yang Ling katakan selain itu? Apa dia menanyakanku?” mata Yeojun berbinar penuh harapan ketika mengajukan pertanyaan itu.

 

“Dia bilang..” Ketua Min melirikku. Tersirat seolah tak menyukaiku atau mungkin tak suka melihatku yang mencoba menguping pembicaraan mereka yang terbilang pribadi. Lagipula, siapa itu Ling? Saudara Yeojun? Tapi namanya aneh, mungkin orang itu istri muda Ketua Min. Aku terkekeh memikirkannya.

 

Hari beranjak pagi, tapi tak seorangpun dari kami yang diperbolehkan istirahat. Katanya sih supaya tak mengulur waktu. Seseorang bernama Suga mengatakan padaku bila tujuan mereka sangat khusus dan hanya diberi waktu yang singkat. Aku tak tahu lebih rincinya, lagipula aku tak tertarik. Aku hanya tertarik dengan... pandanganku teralih pada satu-satunya sosok gadis di kerumunan kami. Mungkin akan lebih baik bila kusebut kami ini.. pasukan? Ya begitulah.

 

Perjalanan kami berlanjut hingga rembulan menampakkan raganya lagi. Kami melewati bagian hutan yang terlalu rimbun, sehingga tak bisa menikmati terangnya sinar bulan. Kemudian tergantikan oleh sang surya, kami masih tak istirahat. Hanya memakan sedikit dari bekal dan meminum air saat sudah sangat haus. Seperti itulah kami menghemat bahan pangan. Meski aku sudah pernah melakukan perjalanan yang lebih lama dari ini, tapi aku rasa perjalanan kali ini terlampau berat. Sesekali aku melirik Yeojun. Aku pun tak mengerti dengan hal ini, setiap kali aku melihat wajahnya saat itu pula aku bsia merasakan semangat yang membakar tubuhku meski lapar tengah melanda. Sangat aneh.

 

Akhirnya setelah enam hari perjalanan, Ketua Min menyuruh kami beristirahat seadanya. Kala itu langit jingga menaungi bumi. Aku membasuh diri di sungai dekat peristirahatan. Segarnya air serasa sudah lama sekali tak menyentuh kulitku. Ah tapi.. tiba-tiba saja aku teringat keluargaku yang jauh di sana. Aku rindu sekali pada Jong. Sekelebetan tawanya pun melintas dalam benakku.

 

“Hey, kau melamun?” tegur suara lembut yang kukenal. Ketika menoleh, aku sudah mendapati wajah Yeojun yang berseri, pasti dia sehabis membasuh wajahnya. Aku mengulum senyum.

 

 “Apa yang membuatmu melamun?”

 

Aku menghela napas sembari memandang langit yang terasa indah di mata, “Kau tidak tidur?”

 

“Ini baru senja, Do,” jawabnya lalu memandang langit yang sama denganku, “Indah, ya?”

 

Aku hanya bergumam sebagai jawaban.

 

 “Aku suka warna oranye. Apa kamu juga suka?” bahkan napasnya bisa terasa membelai telingaku mesra. Aku menutup mata sejenak seolah menikmatinya.

 

“Padahal aku sangat suka,” ia terkekeh, “dan sepertinya aku mulai suka melihat langit senja.”

 

“Oh, ya?” jeda sejenak, “kalau begitu aku juga suka,” aku tak tahu mengapa mengucapkannya. Lalu Yeojun tertawa ringan sedangkan bibirku hanya mengukir senyum tipis. Rasanya aku sudah terlalu hanyut dalam kekonyolan ini.

 

**

 

Sudah sebelas hari sejak keberangkatan kawanan kami. Ketua Min tak memberi informasi rinci padaku. Sehingga aku tak tahu berapa lama lagi kami akan menyisir semak-semak yang tingginya mencapai lututku. Ketidaspastian ini membuatku lelah dan kehilangan semangat, tapi seperti biasa, Yeojun akan datang dan tersenyum padaku. Aku tak bisa bilang bila kita ini dekat, tapi, ya, sepeti itulah. Terkadang Yeojun bisa berubah seperti wanita tangguh ketika bersama ayahnya dan menjadi gadis lembut ketika berdekatan denganku. Sempat terpikir olehku bila ia memiliki kepribadian ganda. Oh yang benar saja!

 

“Putri duyung?” tanyaku dengan nada heran. Aku tak pernah percaya takhayul tentang ikan bertubuh manusia itu, “Bukannya mereka hanyalah mitos?” namun tak ada yang berpihak padaku. Pasti mereka ini suku yang amat sangat terpelosok di dalam hutan makanya percaya takhayul itu.

 

Sekilas Ketua Min menatapku lalu kembali melanjutkan pembicaraannya, “Akan ada tiga sampai lima orang yang menaiki kapal ke lautan duyung. Aku tak yakin kalian bersedia melakukannya tapi ketahuilah apabila putri duyung disana terkenal akan kecantikannya.”

 

Aku semakin mengerutkan kening. Persetan bodoh macam apa ini? Bahkan saat Yeojun juga memberi tahuku tentang The Sea of Manipulation, aku masih tak bisa mempercayainya. Yang benar saja! Lautan penuh tipu daya dari banyak duyung? Lantas bila mereka sudah tahu hal itu, kenapa masih ngotot ingin ke sana?

 

“Suku kami dikenal dengan rasa kesetiaannya, Do. Bahkan tanpa iming-imingan pun mereka akan melakukan apa saja demi Ketuanya. Yah, setidaknya aku tahu hal itu setelah mengalaminya sendiri.”

 

Aku melempar batu ke dalam sungai hingga memuncratkan air ke berbagai sisi, “Mengalami apa?” tanyaku tanpa minat.

 

Yeojun terdiam sejenak, “Tentang gadis yang kusayangi.”

 

Seketika aku terperanjat, jangan-jangan Yeojun penyuka sesama jenis? Pikiran aneh-aneh mulai menerjang kinerja otakku.

 

“Dia kakakku,” syukurlah, aku menghela napas lega, “Tapi karna sesuatu hal Ayah marah besar padanya lalu mengusirnya, aku sedih sekali. Bahkan aku tak tahu apa permasalahannya. Karena hal itu warga desa ikut marah padanya. Padahal mereka tak tahu apapun. Kesimpulannya, apapun yang Ayahku lakukan maka mereka juga akan melakukan hal yang sama.”

 

Aku mengernyit, lalu apa hubungannya dengan “melakukan apa saja demi Ketuanya”? Ya sudahlah. Tak perlu dipikirkan.

 

Suga memanggil kami. Ternyata misinya akan segera dilaksanakan. Lima orang sudah naik perahu kayu, sedangkan yang menunggu di peristirahatan hanya menatap mereka. Suga ikut di kapal itu, aku tak yakin dia akan kembali dengan selamat, mengingat bila di laut itu banyak manipulasi seperti yang Yeojun katakan padaku.

 

Perahu itu semakin menjauhi tepian. Semakin menengah. Sejauh ini perjalanan air tampak tenang dan normal.

[]

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "D.O | 02"

Post a Comment