Sudah berapa lama kau berdiri di sana?
Tubuhnya dengan gemulai mengikuti aliran musik yang
mengalun lembut dari tape. Tampak
raut amat serius meski hanya sebuah latihan semata. Karena sesungguhnya jiwa
gadis itu telah terikat kuat dengan musik. Melihat pantulan dirinya di dalam
cermin, seketika tersunging seulas senyum tipis di atas rona merah muda
bibirnya.
Ia menarik tubuhnya ke kanan kilat namun tetap
memperlihatkan gemulai gerak kemudian berputar dan mengakhirinya dengan sebuah
gerakan lantai. Ia menundukkan kepala bersamaan dengan helai rambut yang
beterbangan. Jika diamati lebih rinci ia tengah mengatur napas yang memburu.
Prok..
prok.. prok..
Gadis berpakaian kasual itu menegakkan pandangannya.
Seketika serumpun bulu alis tebal yang terukir sempurna di wajah tirusnya
saling bertaut, “Kau... sudah berapa lama kau berdiri di sana?”
Pemuda itu tersenyum seraya memasukkan kedua tangan
pada saku celana jins biru yang dikenakannya. Lalu ayunan kakinya melangkah
mendekati gadis yang tengah berdiri memandangnya.
“Sedari tadi. Sejak awal kau menyalakan musik. Sekitar
dua jam yang lalu, ketika tubuh gemulaimu menari dengan lihai.”
Gadis itu melipat lengan di depan dada, “Hm, jadi, apakah
sekarang aku boleh menyebutmu.. penguntit?”
Pemuda bername
tag Kim Junhoe itu mendecih remeh, “Aku bukan penguntitmu, Bodoh.”
“Lalu apa?” tanya gadis itu mulai muak, namun Junhoe
tak kunjung menjawab. Merasa terabaikan, ia pun memilih memberi perintah pada
kaki-kaki yang telah letih itu untuk melangkah. Akan tetapi, tangan Junhoe yang
kekar menghentikannya.
Dengan sekali sentakan, siswa bermarga Kim itu mampu
membuat tubuh gadis bersurai panjang tersebut berbalik menatapnya, “Jihyo-ya, ayo berpacaran,” ujarnya datar.
“MWO?”
“Dengan begitu kau tak akan lagi menyebutku penguntit,
kan?”
—fin
Sorry,
ff ini memang absurd >.<
Salam,
Vae.
0 Response to "[Not] A Stalker"
Post a Comment