01. Verschillend
Kita berbeda, sayang.
Xiao
Lee [UP10TION] – Aila Park [OC] | Hurts | Ficlet | PG-15 | 7AM5's poster art |
Deev,2015
Lelaki berambut cokelat blonde itu tersenyum sekilas
pada seorang gadis yang duduk di sampingnya. Untuk sejenak dua pasang obsidian
bersirobok, berlanjut dengan suasana canggung. Lelaki itu meremas setir mobil
gemas, bibirnya berkomat-kamit—menggumamkan sesuatu. Detik selanjutnya ia pun
pilih angkat bicara.
“Aila, kau—”
“Ya?”
“Eng..” tampak samar kegugupan tengah merajai ekspresi
wajah lelaki yang kini malah berpaling menatap jendela seraya mengetuk-ketukkan
jemari pada setir mobil.
Gadis itu tersenyum, “Mau mampir?”
Meski sedikit kaku ketika Xiao memutuskan untuk
menerima ajakan Aila, toh ia pun merasa senang karena hari ini untuk pertama
kalinya Xiao memijak halaman rumah kekasihnya. Dua tahun belakangan biasanya
Xiao hanya akan berhenti di depan pagar rumah Aila lalu pergi. Tetapi untuk
hari ini.. Xiao sudah melangkah sangat jauh.
“Kau tahu tidak? Terkadang kau itu sangat lucu ketika
gugup,” buka Aila menampilkan tawa renyahnya yang dibalas diam oleh Xiao. Hanya
menatapnya tanpa niat ingin menimpali.
Bibir Aila mengerucut, surai hitam legamnya beterbangan
kala ia menyibaknya, “Ah, ya, apakah kau juga akan gugup ketika bertemu orang tuaku
nanti?”
Xiao berdeham. Bola matanya melirik sana-sini salah
tingkah. Sungguh pertanyaan Aila terlalu cepat baginya.
“Dasar!” Aila mengangkat tangannya hendak memukul
lengan pemuda yang berjalan beriringan dengannya, namun urung ketika suara
pintu yang membentur dinding menggelegar di terik mentari. Sontak kedua insan
itu menoleh bersamaan dan nampaklah seorang pria berdiri kokoh di ambang pintu.
“Ay—ah?” ujar Aila terbata seakan ada suatu perasaan
yang mengusik kalbunya.
Sungguh Xiao salah tingkah ketika melihat wajah ayah
Aila yang tersirat galak. Ia mengusap tengkuk beberapa kali hingga berakhir
dengan pilihan menyampaikan lengkung bibir.
“Aila, masuk ke dalam kamarmu! Dan kau—” Menunjuk wajah
Xiao, pria bermarga Park itu tersenyum sarkastis, “pergi dari sini!”
Xiao membelalak, “Maaf apa yang—”
“Mungkin kau tuli, heh. Aku bilang pulanglah dan
menjauh dari anakku.”
“Ayah!”
“Aila, masuk!” perintahnya lagi—lebih tegas dan penuh
penekanan.
“Tidak mau!”
Penolakan Aila menciptakan kilat sabit merah mampir di
iris gelap Tuan Park. Pria dengan warna putih mendominasi belahan rambutnya itu
memilih menghampiri putrinya dan menariknya langsung.
“Lepaskan, Ayah! Lepaskan aku! Aku tidak mau!”
Aila terus-terusan meronta, tetapi sama sekali tak
berhasil melunakkan hati Tuan Park—meski
rintih kesakitan menguar dari pita suaranya sekalipun.
“Eng.. Tuan.. maksudku Paman, tolong hentikan menyakiti
Aila. Dia—”
Tangan Xiao yang baru saja bersentuhan dengan kulit
Tuan Park segera enyah ketika mendapat tatap tajam dari sang empu.
“Ayah! Bisakah kau memberi senyum pada Xiao? Kau
keterlaluan!”
Tuan Park tak merespon.
“Ayah! Kenapa kau harus seperti ini? Ayah!”
Tuan Park menarik lengan Aila kasar, membuat pihak lain
merasa bingung setengah mati dengan pertikaian antar anak dan bapak itu.
“Ayah! Lepaskan!”
“Sebenarnya apa yang membuatmu tak menyukai Xiao?!!”
Deg. Jantung Xiao serasa berhenti berkontraksi.
“Dia tulus menyayangiku, Yah!”
Tuan Park tetap bermimik datar dan sedikit tersirat api
kemarahan. Perlahan ia mendingin lalu beralih memandang Xiao yang masih
terpaku.
“Dia.. KRISTIANI,” jawab Tuan Park penuh penekanan.
Oh, baiklah semua ini sangat memuakkan. Aila menepis
tangan ayahnya, “Memangnya kenapa? Kenapa jika Xiao seorang kristiani?
Kenapa?!”
“Tutup mulutmu, Aila! Tak sepantasnya kau berkata
begitu pada ayahmu!” timpal wanita berhijab yang baru saja menampakkan diri.
“Eomma!”
“Bahkan anak itu sudah membuatmu berani membantah
orangtuamu sendiri, membuatmu durhaka! Sadarlah, Aila! Sadar!”
Aila menggeleng mantap, “Kalian berdua kejam!”
PLAK!
Rasa panas menjalari wajah Aila, membuatnya mengusap
sekilas, “Kenapa? Kenapa? Kenapa harus seperti ini?” teriaknya dengan suara
serak disertai linangan air mata yang membanjiri wajah.
“Sampai kapanpun hubungan kalian akan dilarang.”
Xiao masih membeku di tempatnya. Alih-alih mencoba
melerai pertengkaran itu, justru ia sibuk dengan persepsi antara hati dan
otaknya.
Jadi, selama ini hubungannya tak pernah direstui?
Aila berlari menjauhi kedua orangtuanya dengan berlinang
air mata. Langkah lebar yang membuat tubuhnya sampai pada tubuh Xiao, lantas memeluknya.
Meski sedikit terhuyung Xiao cepat menstabilkan keseimbangan. Lengannya
merengkuh tubuh Aila—balas memeluk.
Kelopak mata Xiao menutup, memeluk Aila semakin kuat.
Entah sejak kapan Tuan Park berdiri di belakang Aila
dan menatap keduanya dengan kemarahan yang memuncak. Ia menarik tubuh Aila
lantas memberi alih pada istrinya.
“Kau berani sekali mendekati putriku, hah?!”
“Eomma! Xiao-ya! Aku tidak mau! Lepaskan aku, Ma! Xiaoo!!”
Bukan Aila namanya jika mudah menyerah, ia masih semangat meronta ketika ibunya
memaksa masuk ke dalam rumah.
Xiao menatapnya sendu, bahkan hingga membuat iris
gelapnya berlapis air. Ingin sekali ia ke sana dan membawa kabur gadis itu,
tetapi tak sepantasnya ia melakukan itu. Dan yang mampu ia lakukan hanya
tersenyum—memendam luka seorang diri. Senyum yang bermakna seperti—tenanglah, Aila, aku berjanji padamu tentang suatu hari nanti.
Aila balas menatap Xiao—kumohon, sekarang.
Xiao menghela napas kemudian membungkuk pada Tuan Park.
Tersenyum sopan sebelum beralih menatap Aila dan ibunya bergantian. Lengkung
itu terpatri lagi sebelum berputar dan melangkah menjauh. Langkah yang bertolak
belakang dengan keinginan batinnya.
Pemuda itu menghela napas lalu tersenyum menyapa angin,
“Semua akan baik-baik saja Xiao. Tak apa. Gwaenchanha,”
lirihnya meyakinkan diri sendiri—yang bahkan tak berhasil sedikitpun.
Orangtuaku
sangat suka denganmu!
.
Mereka
ingin bertemu denganmu!
.
Tentu
saja mereka setuju
.
Apa
yang kau katakan Xiao~ya?
.
Mereka
sangat menyetujui hubungan kita
.
Ayahku
mengundangmu makan malam, sungguh!
.
Bahkan
ibuku tak sabar ingin mengenal keluargamu
Audio Aila seakan bergerumul di udara. Semua kalimat
yang ternyata dusta belaka. Susunan kata yang dibuat supaya Xiao senang dan
tenang. Namun..
Tetap
saja, kebohongan tak pernah bertahan lama
Dan
asal kau tahu, hal ini semakin menyakitkan.
—fin
A/N : Halloo! Aku balik lagi bawa ff baru. Sebelumnya
udah ada Prolog dan sekarang masuk ke bab 1. Sebenernya kali ini aku bawa
length series kok bukan chapter. Jadi nanti setiap babnya aku pake cast yang
berbeda-beda dan cerita yang enggak berlanjut.
0 Response to "[Love—not same] 01. Verschillend"
Post a Comment