I’m Hurting at All: My Mistake


Aisha, Jessi, Aldi | comfort | PG | Chapter |
Crystalzarra
©2014


“Belum pulang ya?” tanya Dinda yang kebetulan lewat bersama kedua temannya.

Jessi hanya menoleh sekilas dan kembali dalam diamnya menunggu Vian yang belum juga datang untuk menjemputnya. Sekolah Jessi telah usai sejak dua jam yang lalu, namun Vian belum juga datang menjemput. Padahal sebelumnya Vian belum pernah terlambat sama sekali untuk urusan antar-jemput Jessi. Tapi untuk hari ini, Vian berada dimana hingga ia sangat terlambat?

“Mau pulang bersama? Tawar Andre.

“Sudahlah Jess. Mau sampai berapa lama lagi kamu harus menunggu pacarmu itu? Lihat sekarang sudah jam berapa.” Angel turut berkomentar.

“Bisakah kalian berhenti mengganggu ku? Aku muak dengan sandiwara kalian. Pergilah dan jangan pernah kembali padaku.” Sahut Jessi ketus.

Ada perasaan menusuk yang dirasakan ketiga teman yang tulus ingin memberi kebaikan, tapi justru mereka malah diusir dan tak dihargai sama sekali. Andre segera memberi kode untuk meninggalkan Jessi yang mungkin sedang dilanda suatu masalah sehingga sikapnya terlalu dingin.

Tak lama kemudian, suara motor yang amat dikenali Jessi telah hadir di telinganya dan motor itu mulai memasuki halaman sekolah. Dari balik helm, Vian tersenyum manis menyapa Jessi.

“Dari mana aja? Kok lama banget.”

Jessi berjalan menghampiri dengan malas-malasan.

“Maaf. Tadi aku keasikan sama teman-teman.”

“Selalu aja begitu. Kalau sudah bertemu teman-teman mu itu, pasti semuanya kamu lupakan. Untung saja tidak ada yang menculikku tadi.”

“Haha, kamu bisa saja. Kita ke tempat biasa ya?”

Jessi menggeleng mantap.

“Kenapa?”

“Aku bosan. Aku ingin di rumah saja. Tugas sekolahku menumpuk, aku harus segera menyelesaikannya.”

“Sejak kapan kamu menjadi rajin seperti ini sayang?” Vian tertawa kecil meremehkan.

Jessi hanya diam menatap Vian tidak suka.

“Tolonglah, sebentar saja kok.”

“Tidak mau.”

“Aku mohon sayang.”

“Huft. Baiklah. Tapi hanya sebentar saja ya?”

“Oke oke.”

Vian mulai melajukan motornya meninggalkan halaman sekolah kekasihnya. Mereka menuju ke suatu tempat yang biasa mereka kunjungi setiap saat hingga lupa waktu dan lupa akan semua yang berada di rumah. Tempat yang menurut mereka sangat asik dan menyenangkan.

Dua jam berlalu. Jessi sangat risau karena Vian tak kunjung kembali. Tadi, Vian berpamitan ingin menemui temannya. Dia bilang hanya sebentar, tapi sampai sekarang ia belum juga kembali. Jessi melirik jam tangannya. Ia mendengus kesal. Matanya mengitari sekeliling guna mencari Vian.

“Jessi!” seru Vian dari balik bilik.

Jessi menoleh dan dengan malas-malasan menghampiri Vian.

“Kenalkan ini kawanku, Samuel.”

Jessi mengulurkan tangannya. Namun laki-laki yang diperkenalkan bernama Samuel itu hanya diam tidak merespon Jessi.

“Baiklah, tidak perlu basa-basi. Frans, cepat serahkan uangnya. Aku akan sangat menikmati permainanku kali ini.”

Vian tersenyum penuh arti. Ia menerima sekoper uang yang entah berjumlah berapa.

Jessi mengerutkan kening, ada apa sebenarnya?

“Good luck honey. I must go. Have fun bro!” Vian menepuk bahu Samuel pelan sebelum pergi.

“Ganti pakaianmu! Lalu pergi ke kamar.” Suruh Samuel

“Apa? Ada apa sebenarnya?”

“Tidak perlu banyak tanya, cepat ikut!” dengan kasar Samuel menarik lengan Jessi

“Tidak! Lepaskan! Vian tolong!”

“Diamlah. Dia tidak akan kembali kemari.”

“Apa maksud mu? Vian akan kemari dan akan menghajarmu karena sudah berani menarik lenganku.”

“Bodoh. Aku sudah menyewa mu dengan harga duapuluh juta. Dia akan melupakan mu dan mencari wanita lain.”

“Apa?!”

Jessi menggertakkan giginya. Dasar laki-laki brengsek! Awas kau jika bertemu denganku lagi.

“Lepaskan! Aku akan ke kamar ganti.” Jessi menarik lengannya dan Samuel melepaskannya, lalu memberikan satu setel pakaian yang terlalu terbuka.

Jessi mengambil tas ranselnya dan berjalan ke kamar ganti. Tidak, bukan kesana. Namun ia berjalan menuju pintu belakang yang bersampingan dengan kamar ganti. Ia mengendap. Pelan, agar tidak ada yang tahu.

“Bos! Ia kabur.” Teriak salah seorang pekerja Samuel

Jessi langsung gelagepan. Ia bingung tapi akhirnya ia memilih untuk segera berlari menjauhi area klub.

Semua pekerja Samuel yang merupakan pria berbadan besar dan macho itu segera berlari mengejar Jessi.

“Oh Sh*t!” Jessi menambah kecepatan larinya

Ia berhasil keluar dari klub. Namun karena batu kecil, ia tersandung dan terjatuh ke trotoar. Belum berhasil bangkit, para pekerja Samuel telah berhasil menangkap lengannya.

“Lepaskan!” Jessi meronta.

Dua pria berbadan besar menarik kedua lengannya. Mangangkat tubuh Jessi secara paksa. Gadis itu tetap meronta dan berteriak meminta tolong.

Seseorang memukul tengkuk satu pria besar yang tengah menggenggam erat lengan Jessi. Hal itu membuat pria tersebut lengah dan melepas genggamannya. Satu pria lagi langsung menoleh dan menghajar Andre yang ternyata sedang berdiri membawa balok kayu yang cukup besar. Andre kembali mengayunkan balok kayu tersebut, namun pria itu berhasil menangkis. Terjadi perkelahian antara mereka.

Pria yang tadi sempat lengah, kini kembali bangkit dan hendak menghajar Andre, namun gagal saat Dinda memukul tulang rusuknya. Akibatnya, pria itu kaku tak dapat bergerak. Dinda kembali mengayunkan tangannya untuk memukul wajah dan beberapa anggota tubuh lainnya. Untuk penutup, Dinda menendang kesensitifan seorang pria dan memuat pria itu sangat kesakitan.

Angel menyusul dengan besi panjang ditangannya, ia memukul laki-laki yang sudah tak berdaya itu hingga tubuhnya mengeluarkan darah berceceran dan akhirnya ia tak sadarkan diri dengan luka dimana-mana.

Andre masih berkutat dengan pria yang cukup tangguh itu. Beberapa sudut wajahnya telah terluka akibat pukulan pria yang sangat keras itu. Satu pukulan kembali melayang di perutnya, membuat darah segar keluar dari mulut. Kepalanya terasa pusing, terasa berputar-putar. Keadaan Andre yang lengah ini membuat pria itu mendapatkan kesempatan besar untuk menghabisinya. Ia pun melayangkan satu tinjuan lagi yang tepat mengenai tulang rusuknya. Andre tergeletak tak berdaya di trotoar.

Dinda, Angel dan Jessi menganga. Mereka bergidik ngeri. Tatapan mereka yang sebelumnya tertuju pada Andre, kini beralih pada pria bertubuh besar yang tersenyum sinis dan mulai mendekati mereka.

Angel menelan ludah, besi yang tadinya ia genggam erat kini terjatuh ke trotoar dan menghasilkan suara nyaring. Ia melirik pada Dinda yang berada di sampingnya. Dinda pun sama, ia hanya dapat menelan ludah. Karatenya tidak akan bisa menandingi pria itu. Mereka berdua memilih melangkah mundur secara perlahan.

Jessi menengok sana-sini. Jalanan sangat sepi. Apalagi klub yang biasa ia datangi bersama Vian terletak di perkampungan yang tidak terlalu ramai penduduknya. Ia menelan ludah, sama seperti apa yang dilakukan teman-temannya. Kakinya melangkah mundur perlahan. Namun pria itu bergerak cepat dan langsung mendapatkan lengannya sebelum ia melarikan diri.

“Lepaskan! Tolooonggg!!” teriak Jessi

Pria itu semakin mempererat genggamannya dan membuat Jessi kesakitan.

“Lepaskan teman kami!” seru Dinda mencoba berani

“Anak ingusan seperti kalian ingin melawanku? Tidak akan pernah berhasil. Karena aku lebih kuat daripada kalian. Jika kalian mendekat, aku akan mempererat genggamanku hingga kulit gadis ini terluka. Kalian ingin itu terjadi?”

Dinda dan Angel saling bertatapan. Kemudian, Dinda langsung meluncurkan aksinya dengan melayangkan tinju yang tak berarti apa-apa bagi pria tersebut. Kepalan tangan Dinda terasa sakit karena memukul tubuh pria itu yang keras. Namun ia tak menyerah, dan terus mencoba. Angel meraih besi yang tadi sempat digunakannya untuk menghabisi pria yang satunya. Ia melayangkan besi itu hendak memukul tengkuk pria tersebut. Namun gagal karena pria itu menghindar.


-To be Continue

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

  • [Cerpen Romantis] Cidera Aldi and Vayla | Fluff | G | Ficlet Vxiebell,2016 Barisan yang lumayan panjang, mengantri giliran masing-masing. Kepanikan menghanta… Read More...
  • Soundtrack Mungkin hidup dapat dianalogikan seperti sebuah FILM dengan segala bagiannya. Pemeran utama, setting, alur, bahkan soundtrack. Aku … Read More...
  • 29 Days With a New Story Avila. Dengan nama itu orang-orang memanggilku. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Yang artinya aku mempunyai satu adik dan tidak mem… Read More...
  • [Azylva-Mahas] WINK Main cast: Azylva, Mahas | Romance | PG | FicletAldkalds©2016 Bel pulang sekolah bunyi, anak-anak lain mungkin pada keroyokan keluar… Read More...
  • [Cerpen] Can’t to Say Aldi and Vayla | Sad | G | Ficlet Vxiebell,2016 Kurasa, aku telah dibutakan oleh cinta. Sebab, hingga detik ini aku tak dapat berp… Read More...

0 Response to "I’m Hurting at All: My Mistake"

Post a Comment